Membuka toko digital memang terdengar menjanjikan bisa menjangkau pembeli lebih luas tanpa harus sewa tempat fisik. Tapi dalam praktiknya, banyak pelaku UMKM yang belum benar-benar siap dari sisi eksekusi digital. Akibatnya, toko digital yang sudah dibangun dengan harapan tinggi justru mandek dan kurang menghasilkan.
Berikut ini kesalahan umum yang masih sering dilakukan oleh UMKM saat menjalankan toko digital, lengkap dengan solusi praktis yang bisa diterapkan:
Tidak Menentukan Target Pasar yang Jelas
Banyak UMKM membuka toko digital tanpa memahami siapa yang sebenarnya ingin mereka jangkau. Produk bagus saja tidak cukup jika pesan yang disampaikan tidak tepat sasaran. Seringkali dampak dari hal ini menjadikan promosi yang ditargetkan menjadi kurang efektif, kebutuhan yang ditawarkan tidak sesuai dengan pelanggan, berujung pada menurunnya omzet penjualan.
Lantas apa yang perlu dilakukan? buat profil pembeli ideal. Kenali kebiasaan belanja terutama target audience, gunakan platform marketplace maupun sosial media yang sering digunakan oleh banyak orang, baru tawarkan masalah yang bisa diselesaikan oleh produk Anda.
Desain Website yang Tidak Ramah Pengguna
Anda menampilkan produk melalui website atau toko digital? Beberapa masalah umum seperti tampilan toko digital yang membingungkan, lambat, tidak mobile-friendly, bahkan tidak menarik sering jadi alasan calon pelanggan kabur sebelum checkout. Hal ini dapat menimbulkan kesan negatif pada pengunjung dan membuat mereka meragukan kredibilitas bisnis
Sehingga Anda perlu untuk menggunakan desain yang simpel, responsif, dan navigasi yang mudah. Pastikan juga halaman produk cepat diakses.
Deskripsi Produk Tidak Informatif
Hanya mencantumkan nama dan harga produk tanpa penjelasan akan membuat calon pembeli ragu. Mereka butuh informasi sebelum memutuskan. Deskripsi yang kurang jelas atau tidak detail dapat membuat pembeli ragu dan kehilangan minat untuk membeli produk tersebut
Lantas apa yang perlu dilakukan? Tulis deskripsi yang menjawab pertanyaan umum fungsi, bahan, ukuran, manfaat, dan cara pakai. Usahakan untuk fokus pada keunggulan produk yang bisa menjawab permasalahan pelanggan, sertakan foto maupun video berkualitas tinggi.
Jika memungkinkan tambahkan juga testimoni dari pelanggan yang sebelumnya sudah pernah membeli produk. Testimoni positif dari pelanggan dapat meningkatkan kepercayaan pembeli terhadap produk Anda.
Stok Tidak Terkelola dengan Baik
UMKM seringkali menghadapi masalah dalam pengelolaan stok barang yang tidak terkelola dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah seperti kelebihan stok, kekurangan stok, pemborosan, dan kesulitan dalam pengambilan keputusan terkait pembelian dan penjualan. Pengelolaan stok yang buruk juga dapat berdampak pada arus kas dan operasional bisnis secara keseluruhan. Akibatnya? konsumen bisa kecewa saat tahu produk yang mereka pesan ternyata habis. Ini bisa berdampak negatif pada reputasi brand.
Solusinya? Gunakan sistem manajemen stok digital yang terintegrasi dengan toko digital, agar update selalu real-time. Anda juga perlu membuat sistem yang jelas untuk mencatat stok masuk dan keluar, serta mengidentifikasi barang yang perlu dipesan ulang.
Penting juga untuk memperkirakan permintaan pasar dan melakukan perencanaan pembelian yang tepat. Dengan menerapkan beberapa hal tersebut Anda dapat mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat operasional bisnis.
Tidak Menyediakan Opsi Pembayaran Lengkap
Bisnis Anda hanya menerima transfer manual atau satu metode pembayaran? Ingat hal tersebut bisa menghambat transaksi! Kok bisa? Terbatasnya metode pembayaran dapat menghalangi preferensi pelanggan akibatnya merugikan potensi penjualan. Awalnya user tertarik membeli produk namun karena opsi pembayaran terbatas user menganggap hal tersebut tidak fleksibel dan merepotkan. Ingat teknologi saat ini semakin berkembang, perilaku pelanggan semakin menginginkan kemudahan disatu tempat. Kalau bisa mudah kenapa harus ribet?
Lantas harus bagaimana? Integrasikan toko online dengan berbagai opsi pembayaran otomatis—QRIS, e-wallet, virtual account, kartu debit, hingga COD bila perlu. Anda juga perlu mengedukasikan pelanggan mengenai informasi yang jelas tentang opsi pembayaran yang tersedia dan bagaimana cara menggunakannya, hal ini dapat membantu pelanggan merasa lebih nyaman.
Dengan menyediakan berbagai opsi pembayaran, UMKM dapat meningkatkan pengalaman pelanggan, mengurangi risiko transaksi manual, dan membuka peluang pertumbuhan bisnis yang lebih besar.
Lambat dalam Menanggapi Pesanan atau Pertanyaan
Kecepatan respons sangat menentukan pengalaman pelanggan, umumnya terjadi karena banyak faktor. Misalnya kurangnya sumber daya manusia, kurangnya pemahaman tentang manajemen waktu dan prioritas, serta keterbatasan dalam penggunaan teknologi. Alhasil pembeli bisa batal order hanya karena merasa diabaikan.
Lantas solusi apa yang perlu dilakukan? Gunakan chatbot atau sistem auto-reply WhatsApp yang tetap bisa merespons walau Anda sedang tidak online atau diluar jam kerja
Tidak Ada Follow-Up Setelah Pembelian
Banyak UMKM melewatkan potensi repeat order karena tidak melakukan komunikasi setelah transaksi selesai. Menurut data dari Constant Contact yang dilaporkan oleh Lifewire, sekitar 27% bisnis kecil dan menengah tidak pernah melakukan follow-up setelah pelanggan melakukan pembelian pertama. Padahal sebagian besar pelanggan sekitar 81% bersedia menerima komunikasi melalui email atau pesan langsung setelah pembelian, dan 34% dari mereka lebih mungkin membeli lagi dari email follow-up. Padahal peluang besar sedang menanti, sayang banget apabila dilewatkan.
Lalu apa yang perlu dilakukan? Anda bisa mengirimkan pesan terima kasih, minta ulasan, atau tawarkan promo pembelian berikutnya. Hal ini bisa dilakukan otomatis lewat sistem CRM.
Tidak Memanfaatkan Data Pelanggan
Informasi pelanggan seringkali hanya disimpan di chat tanpa pengelolaan lebih lanjut. Kenapa bisa terjadi? seringkali kurang memanfaatkan data pelanggan karena berbagai faktor seperti kurangnya literasi digital, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya pemahaman tentang pentingnya data dalam pengambilan keputusan bisnis. Padahal, data pelanggan dapat menjadi aset berharga untuk meningkatkan penjualan, mengembangkan produk, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan
Solusinya? Gunakan sistem yang bisa mencatat dan menyimpan data pelanggan secara otomatis. Ini berguna untuk kampanye pemasaran dan retargeting.
Tidak Menghitung Biaya Operasional secara Menyeluruh
Salah satu masalah klasik dan krusial yang seringkali menghambat pertumbuhan bisnis bbanyak UMKM yang asal pasang harga tanpa menghitung secara rinci biaya iklan, tenaga kerja, logistik, sewa tempat, penyusutan, dan biaya tidak terduga lainnya seperti biaya platform. Tentu hal ini dapat menyebabkan penetapan harga yang tidak akurat dan potensi kerugian dikemudian hari.
Harga produk yang dijual juga bisa jadi terlalu rendah makan akan menyebabkan kerugian, sementara jika memasang harga jual yang terlalu tinggi dapat membuat produk sulit bersaing. Selain itu efek lainnya berupa perhitungan keuntungan yang kurang akurat, sehingga tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sesungguhnya.
Nah untuk mengatasi masalah tersebut UMKM perlu untuk membuat perhitungan menyeluruh agar harga tetap kompetitif namun tetap menguntungkan. Penting untuk memahami konsep Harga Pokok Produksi, agar perhitungan semua biaya termasuk biaya tidak terduga diperhitungkan dalam perhitungan biaya.
Tidak Membangun Kepercayaan Lewat Testimoni dan Sosial Proof
Menurut kami ini merupakan masalah fundamental yang sering menghambat UMKM untuk berkembang dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif dan digital. Di zaman yang serba online, dimana interaksi fisik minim, kepercayaan pelanggan adalah mata uang utama. Tentu sebagai calon pembeli ingin bukti bahwa produk yang ditawarkan memang berkualitas dan bisa dipercaya.
Nah seringkali belum ada kesadaran sebagai pebisnis betapa vitalnya testimoni dan social proof dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Karena sudah menganggap produk/layanan yang ditawarkan sudah bagus dan menganggap testimoni tidak terlalu mendesak. Padahal realitanya? calon pelanggan butuh diyakinkan! Tidak hanya sekedar lewat iklan dengan kreatif & ad copy yang menarik tapi perlu juga untuk memberikan bukti. Sering terjadi calon pembeli tidak memiliki validasi dari pihak ketiga, sehingga ragu untuk mencoba.
Jangan hanya jadikan prioritas utama pada transaksi saja, namun melewatkan pelanggan potensial untuk membangun hubungan jangka panjang dan kredibilitas. Jangan juga takut terhadap kritik negatif, khawatir menerima ulasan buruk sehingga enggan membuka wadah untuk testimoni. Justru dengan adanya testimoni bisnis Anda bisa bertumbuh menjadi lebih baik lagi!
Lantas apa yang harus dilakukan? Anda bisa menampilkan ulasan pelanggan, rating bintang, atau foto dari pembeli lain di halaman produk. Ingin langkah lebih strategis? Setelah transaksi berhasil atau layanan selesai, kirimkan permintaan ulasan/testimoni via WhatsApp (bisa diotomatisasi oleh AI Chatbot Dazo setelah pesanan selesai) atau email.
Ciptakan juga alur yang mempermudah prosesnya, dengan menyediakan link langsung ke halaman ulasan (Google My Business, Toko Online Dazo, Marketplace) atau formulir singkat. Sehingga tahapan yang dilakukan pembeli tidak rumit.
Kesimpulan
Kesalahan-kesalahan diatas bukan berarti toko digital Anda gagal. Justru dari sinilah proses perbaikan bisa dimulai. Mengelola toko digital bukan sekadar upload produk dan menunggu pembeli datang, tapi perlu sistem kerja yang rapi dan konsisten.
Untuk membantu UMKM dalam membangun dan menjalankan toko digital yang lebih profesional, Dazo hadir dengan solusi lengkap dalam satu aplikasi. Dari membuat katalog digital, mengelola pesanan, menerima pembayaran otomatis, hingga menghubungkan langsung ke ekspedisi pengiriman semuanya bisa dilakukan dengan mudah.
Dengan Dazo, Anda tidak hanya punya toko digital, tapi juga alat bantu cerdas yang akan mendukung pertumbuhan usahamu secara efisien dan terukur. Yuk, mulai ubah toko online Anda jadi lebih siap bersaing dan profesional bersama Dazo.
Hubungi kami untuk kami jadwalkan demo Anda!
Referensi
lifewire.com. 27% of SMBs Fail at Customer Follow-Up—Here’s What It’s Costing Them