Retur Paket

Retur Paket, Cara Mudah Mengelola agar Bisnis Lebih Lancar

Ditulis Oleh

Bagikan artikel ini

Daftar Isi

Mengelola bisnis tidak selalu mulus, apalagi ketika berhubungan dengan alur keluar-masuk barang. Salah satu tantangan yang kerap muncul adalah retur paket, yaitu pengembalian barang dari pembeli ke penjual atau sebaliknya. Situasi ini bisa terjadi karena produk rusak, salah ukuran, hingga kesalahan saat pencatatan pesanan. Meski sering dianggap sebagai kerugian, retur sebenarnya bisa menjadi peluang untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan jika dikelola dengan baik.

Memahami seluk-beluk retur tidak hanya penting bagi pembeli, tetapi juga sangat krusial bagi bisnis. Proses retur yang buruk bisa merusak reputasi, sementara proses yang lancar justru bisa membangun loyalitas pelanggan. Mari kita bedah lebih dalam mengenai apa itu retur, perbedaannya dengan refund, dan bagaimana hal ini berpengaruh dalam dunia bisnis, khususnya dalam pencatatan akuntansi.

Apa Itu Retur?

Retur adalah proses pengembalian barang yang telah dibeli karena alasan tertentu. Dalam praktik bisnis, retur dapat melibatkan konsumen, penjual, hingga pemasok. Beberapa alasan umum terjadinya retur antara lain:

      • Barang rusak saat pengiriman.
      • Produk tidak sesuai dengan pesanan (misalnya warna atau ukuran).
      • Adanya cacat produksi atau barang kadaluarsa.
      • Terjadi kelebihan pengiriman.

infografis retur paket

Dalam laporan aduan konsumen belanja online ke YLKI dalam 5 tahun terakhir sebanyak 29,9% konsumen banyak mengadukan perihal refund; ketidak sesuaian barang yang dibeli dengan yang diperoleh sebanyak 27,1%; penipuan dan pembobolan terhadap paket yang dikirim sebanyak 7,6%.

Hal ini menandakan bahwa masih ada hak konsumen yang dilanggar oleh para pebisnis, terutama pelaku usaha di e-commerce.  Menurut laporan Shopify (2024), rata-rata return rate ecommerce bisa sekitar 16,9% tapi untuk beberapa jenis retailer bisa mendekati angka 30% tergantung kategori dan hari libur/periode tertentu. Angka ini menunjukkan bahwa retur adalah bagian penting dalam siklus bisnis, bukan sekadar masalah sampingan.

Perbedaan Return dan Refund

Meskipun sering dipakai secara bergantian, return dan refund memiliki arti yang berbeda:

      • Return (retur) → Fokus pada pengembalian barang. Konsumen mengirimkan kembali produk ke penjual untuk ditukar dengan barang baru atau produk lain yang sesuai.
      • Refund → Fokus pada pengembalian uang. Setelah barang dikembalikan, konsumen tidak ingin pengganti barang, melainkan meminta uang pembelian kembali.

Sebagai contoh, seseorang membeli kemeja ukuran M tetapi menerima ukuran L. Jika ia meminta ditukar dengan ukuran yang benar, itu disebut return. Namun, jika ia meminta uang kembali, maka proses tersebut adalah refund.

Sederhananya, retur adalah aksi, sementara refund adalah konsekuensinya. Tidak semua retur akan berakhir dengan refund. Terkadang, retur bisa berakhir dengan penukaran barang (misalnya, menukar ukuran baju yang kekecilan dengan ukuran yang lebih besar) tanpa ada pengembalian dana. Namun, hampir semua refund pasti diawali dengan proses retur.

Apa yang Dimaksud dengan Retur Penjualan?

Retur penjualan adalah pengembalian barang dari pelanggan kepada penjual setelah transaksi terjadi. Dalam akuntansi, retur penjualan dicatat sebagai pengurang pendapatan.

Penyebab retur penjualan bisa beragam, seperti barang yang tidak sesuai pesanan, produk cacat, atau konsumen berubah pikiran. Agar tidak merugikan kedua belah pihak, biasanya toko memiliki kebijakan retur yang jelas, misalnya barang harus dikembalikan dalam waktu 7 hari dengan kondisi tertentu.

infografis retur paket

Dalam laporan keuangan, retur penjualan dicatat dalam akun “Retur Penjualan dan Pengurangan Penjualan” agar mudah dipisahkan dari pendapatan utama. Dalam konteks bisnis, retur bisa dibagi menjadi dua jenis utama: retur pembelian dan retur penjualan. Dua istilah ini merujuk pada hal yang sama, namun dilihat dari perspektif yang berbeda.

Sedangkan pada retur pembelian maka Anda harus melihat dari sisi pembeli, yaitu proses ketika Anda sebagai pembeli, mengembalikan barang yang Anda beli dari toko atau supplier

Contoh Retur Penjualan

Misalnya, Toko Elektronik X menjual 20 unit blender seharga Rp250.000 per unit kepada Pelanggan A. Total transaksi mencapai Rp5.000.000. Setelah barang diterima, ternyata 3 unit blender rusak dan dikembalikan.

      • Total nilai retur: 3 x Rp250.000 = Rp750.000
      • Nilai penjualan bersih: Rp5.000.000 – Rp750.000 = Rp4.250.000

Pencatatan seperti ini membantu bisnis tetap transparan sekaligus mempermudah proses audit keuangan.

Contoh Soal Retur Pembelian

Tidak hanya konsumen yang bisa melakukan retur, perusahaan sebagai pembeli juga dapat mengembalikan barang ke pemasok. Hal ini disebut retur pembelian.

Contoh soal:
Perusahaan B membeli 100 unit kursi kantor dari Supplier C dengan harga Rp400.000 per unit. Setelah diperiksa, 5 unit kursi mengalami kerusakan sehingga dikembalikan.

      • Nilai pembelian awal: 100 x Rp400.000 = Rp40.000.000
      • Nilai retur pembelian: 5 x Rp400.000 = Rp2.000.000
      • Nilai pembelian bersih: Rp40.000.000 – Rp2.000.000 = Rp38.000.000

Dalam pencatatan akuntansi, retur pembelian mengurangi jumlah utang perusahaan kepada pemasok.

Tantangan Retur Paket bagi UMKM

Meski terlihat sederhana, retur paket bisa menimbulkan tantangan besar, terutama bagi UMKM. Beberapa di antaranya:

      1. Biaya logistik tambahan → Ongkos kirim balik biasanya menjadi beban penjual.
      2. Stok barang bermasalah → Barang retur sering tidak bisa dijual kembali dengan harga normal.
      3. Administrasi rumit → Tanpa pencatatan yang rapi, retur dapat mengacaukan laporan penjualan.

Jika dibiarkan, retur paket bisa mengurangi margin keuntungan secara signifikan.

Pentingnya Mengelola Retur Paket dengan Baik

Retur paket bukan sekadar pengembalian barang, melainkan bagian dari pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Penanganan retur yang cepat dan mudah bisa meningkatkan loyalitas pelanggan.

Menurut laporan Narvar (2022), sebanyak 95% pelanggan bersedia berbelanja kembali jika pengalaman retur mereka positif. Artinya, cara bisnis menangani retur bisa menjadi pembeda dalam membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.

Gunakan Order Management System

Salah satu cara efektif untuk mengurangi masalah retur adalah dengan menerapkan Order Management System (OMS). Sistem ini memudahkan pelaku usaha untuk:

      • Melacak status pesanan secara real-time.
      • Mencatat retur dan refund dalam satu dashboard.
      • Mengurangi risiko kesalahan pengiriman.
      • Memberi notifikasi otomatis kepada pelanggan.

Dengan OMS, retur tidak lagi menjadi beban, tetapi bisa dikelola sebagai bagian dari strategi layanan pelanggan.

banner promosi dazo 3

Kesimpulan

Retur paket adalah bagian tak terhindarkan dalam bisnis, baik berupa retur penjualan maupun retur pembelian. Memahami perbedaan antara return dan refund, serta mengetahui cara mencatat retur, membantu bisnis tetap sehat secara keuangan.

Bagi UMKM, tantangan retur bisa diubah menjadi peluang untuk memperkuat loyalitas pelanggan jika dikelola dengan baik. Dengan memanfaatkan solusi seperti Order Management System dari Dazo, bisnis dapat mengelola seluruh proses pesanan mulai dari penerimaan hingga pengiriman, termasuk retur secara efisien, akurat, dan lebih profesional.

Referensi

tirto.id (2025). Sistem Retur E-Commerce; Pembeli Untung, Penjual Buntung

Shopify.com (2025) . Ecommerce Returns: Average Return Rate and How to Reduce It

Artikel Terkait