Mengatasi Rojali Rohana

Mengatasi Rojali Rohana agar Bisnis Online Lebih Untung

Ditulis Oleh

Bagikan artikel ini

Daftar Isi

Pernahkah Anda menemui calon pelanggan yang hanya suka lihat-lihat tanpa niat membeli? Dalam dunia e-commerce dan ritel, fenomena ini dikenal dengan istilah “Rojali” (rombongan jarang beli) dan “Rohana” (rombongan nanya-nanya). Kedengarannya sepele namun jika dibiarkan, perilaku ini bisa menyedot waktu, tenaga, bahkan mengganggu produktivitas tim customer service bahkan berdampak kepada penjualan bisnis. Lalu, bagaimana cara mengatasi “Rojali dan Rohana” agar mereka tidak sekadar lewat namun benar-benar mampu menjadi seorang pelanggan?

Mengenal ‘Rojali & Rohana’ di Dunia Nyata dan E-commerce

Istilah Rojali dan Rohana awalnya populer dikehidupan sehari-hari untuk menyebut orang yang suka jalan-jalan di pusat perbelanjaan atau pasar, sekedar melihat-lihat atau hanya bertanya harga, tanpa melakukan transaksi. Di dunia e-commerce, fenomena ini muncul dalam bentuk:

      • Calon pembeli yang hanya mengisi keranjang tetapi tidak pernah checkout.
      • Konsumen yang rajin bertanya detail produk, membandingkan harga, lalu menghilang.
      • Pengunjung website atau marketplace yang tinggi, tetapi konversi penjualannya rendah.

Bila ditarik lebih jauh, Rojali & Rohana sebenarnya masih prospek potensial. Mereka punya minat, tetapi belum menemukan alasan kuat untuk membeli.

Fenomena dan Relevansinya di Dunia E-commerce

Menurut laporan Digital 2023 Indonesia oleh We Are Social & DataReportal, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai sekitar 212,9 juta. Beberapa diskusi komunitas juga menunjukkan tren yang lebih tinggi di Asia-Pasifik, mencapai sekitar 76,3% berdasarkan pengalaman e-commerce regional

Fenomena Rojali maupun Rohana bukan sekadar cerita lucu, tetapi realitas yang memengaruhi revenue bisnis online. Jika tidak diantisipasi, bisnis bisa kehilangan peluang konversi yang besar.

Mengapa ‘Rojali dan Rohana’ Online Muncul? Memahami Akar Masalah

Ada beberapa alasan mengapa Rojali & Rohana sering muncul di platform online:

      1. Kurangnya Kepercayaan
        Banyak calon pembeli masih ragu soal kualitas produk, keamanan transaksi, atau reputasi penjual.
      2. Harga dan Kompetisi
        Konsumen online punya kebiasaan membandingkan harga. Jika menemukan yang lebih murah atau ada promo di toko lain, mereka berpindah.
      3. Kurangnya Engagement
        Respons lambat, informasi yang tidak jelas, atau layanan yang kaku bisa membuat calon pembeli kehilangan minat.
      4. Belum Ada Urgensi untuk Membeli
        Beberapa calon pembeli hanya iseng, menunggu diskon, atau sekadar mengoleksi wishlist.

Memahami akar masalah ini menjadi kunci untuk menyusun strategi mengubah mereka menjadi pembeli aktif.

Solusi Terintegrasi untuk Bisnis Anda? Dazo Jawabannya!

Menghadapi Rojali & Rohana bukan berarti menyerah pada “ghosting” pelanggan. Justru, ini saatnya bisnis memanfaatkan teknologi cerdas untuk mendorong engagement yang lebih efektif.

Dazo, sebuah aplikasi ChatBot AI untuk WhatsApp, hadir sebagai solusi terintegrasi yang bisa membantu:

      • Respon Otomatis 24/7
        Pertanyaan calon pembeli dijawab cepat, mengurangi risiko hilangnya minat.
      • Personalisasi Pesan
        Calon pelanggan merasa diperhatikan dengan sapaan sesuai nama atau riwayat interaksi.
      • Follow Up Otomatis
        Pengingat checkout bagi yang meninggalkan keranjang belanja.
      • Integrasi CRM
        Semua percakapan dan data pelanggan tercatat, sehingga strategi penjualan bisa lebih tepat sasaran.

Dengan sistem ini, potensi Rojali & Rohana tidak berhenti hanya pada interaksi awal, tetapi diarahkan menuju transaksi nyata.

Cara Brand Besar Mengatasi Fenomena Rojali dan Rohana

Menyediakan Inovasi pada Pengalaman Interaktif

Pengelola pusat perbelanjaan mulai membuat area interaktif yang tetap menghasilkan transaksi, seperti photo booth berbayar atau minigames berhadiah. Pihak mall-mall besar menciptakan engagement melalui:

      • Experience Marketing: Pop-up stores dengan aktivitas menarik
      • Gamifikasi: Program reward dan loyalty dengan elemen game
      • Interactive Displays: Teknologi AR/VR untuk product trial

Optimalisasi Value Proposition

Sejumlah brand besar berokus pada efisiensi operasional yang mampu menekan biaya untuk menawarkan harga kompetitif. Mereka juga melakukan product bundling untuk paket produk dengan nilai lebih attractive. Ada juga yang menyediakan exclusive benefits bagi member privileges dan early access

Strategi Adaptasi Unilever Indonesia

Jika melihat lebih jauh, brand seperti Unilever Indonesia menghadapi tantangan daya beli yang menurun karena brand tersebut sangat bergantung pada sektor retail. Namun dengan strategi khusus yang mencakup optimisasi portofolio yang berfokus pada produk penting dan menjadi kebutuhan sehari-hari, menerapkan pricing strategy dengan menyesuaikan harga dan kemasan sesuai dengan daya beli masyarakat, serta melakukan inovasi pada pipeline dengan mengeluarkan produk baru yang sesuai kebutuhan masa kini maka mereka mampu beradaptasi dengan adanya fenomena ini.

Transformasi Digital 

Brand besar juga mempercepat transformasi digital dengan melakukan sejumlah aksi seperti e-commerce integration untuk memperkuat memperluas jangkauan produk  di marketplace, melakuka direct-to-consumer (D2C) dengan tetap menyediakan channel penjualan langsung (toko retail), dan untuk mempermudah mengambil keputusan menggunakan software data analytics terutama dalam memahami behavior pattern konsumen Rojali/Rohana.

Flexible Business Model

Menghadapi penurunan daya beli masyarakat, sejumlah brand besar melakukan adaptasi model bisnis dengan menerapkan beberapa pola menjadi subscription models yaitu menyediakan sistem berlangganan untuk produk rutin, menjalankan sistem rent-to-own terutama untuk model sewa-beli produk produk mahal, ataupun melakukan sistem  marketplace integration  yang dapat hadir diberbagai platform sekaligus

Strategi bagi UMKM untuk Mengubah ‘Rojali dan Rohana’  Menjadi Pelanggan Setia

Selain menggunakan teknologi pendukung, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan:

      1. Bangun Kepercayaan Sejak Awal
        Tampilkan testimoni, ulasan pelanggan, serta jaminan keamanan transaksi. Transparansi meningkatkan keyakinan calon pembeli.
      2. Tawarkan Promo atau Insentif
        Diskon terbatas, gratis ongkir, atau bonus pembelian pertama dapat memicu urgensi untuk segera membeli.
      3. Optimalkan Komunikasi
        Gunakan chatbot AI seperti Dazo untuk memberikan informasi yang cepat, akurat, dan ramah. Calon pelanggan yang merasa dihargai lebih mudah dikonversi.
      4. Lakukan Edukasi Produk
        Konten berupa tips, artikel, atau video bisa membantu calon pelanggan memahami manfaat produk, bukan hanya fitur.
      5. Retargeting dan Remarketing
        Ingatkan kembali melalui WhatsApp Notification atau email kepada mereka yang meninggalkan keranjang atau sekadar bertanya.

banner promosi dazo 3

Kesimpulan

Rojali maupun Rohana bukan musuh, mereka adalah sinyal bahwa proses penjualan belum optimal. Dengan langkah terstruktur, membangun kepercayaan, menyederhanakan pengalaman, dan menerapkan otomasi pintar Anda dapat mengubah pengunjung yang sekadar melihat menjadi pelanggan yang membeli dan kembali lagi.

Jika Anda ingin solusi yang mengkombinasikan toko online,  yang memiliki fitur katalog rapi, notifikasi otomatis, dan pengelolaan pelanggan terintegrasi, Dazo menawarkan aplikasi Toko Online yang dirancang untuk membantu UMKM mengelola penjualan dan interaksi pelanggan secara lebih efisien. Dengan alat yang tepat, Rojali dan Rohana bukan lagi hambatan, melainkan kesempatan untuk tumbuh.

Referensi

Andi.link . Hootsuite (We are Social): Data Digital Indonesia 2025

Reddit.com . What is the average cart abandonment rate for ecommerce?

finance.detik.com . In This Economy, Rojali dan Rohana Berkumpul di Mal

CNBC Indonesia.com . Mendag Kenalkan ‘Senjata’ Ampuh Ini agar Rojali-Rohana Belanja

Artikel Terkait